Lampung24jam.com, Lamteng – Sempat viral, Batu meteroit yang jatuh menimpa rumah seorang warga di Dusun V Mulyodadi, Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah medio Februari 2021 lalu? Kabarnya batu itu kini telah terjual seharga Rp300 juta kepada seorang warga Amerika yang tinggal di Bali.
Seperti yang dirilis dari rilis.id “Iya benar sudah laku segitu (Rp300 juta), sama yang punya dikasih harga segitu. Tapi saat itu saya sedang tidak dirumah,” ungkap Edi Kurniawan, Kepala Dusun 5 Mulyodadi, Kamis (1/4/2021).
Pemilik rumah yang dimaksud adalah Muhtajab (60) dan istrinya Munjilah (60). Namun, menurut Edi, Muhtajab telah meninggal seminggu setelah batu meteorit itu jatuh menimpa atap rumahnya. Sebelum rumahnya kejatuhan batu meteorit, kondisi Muhtajab juga memang sedang sakit.
Lebih lanjut ditanya bagaimana proses hingga batu meteorit itu bisa terjual, Edi mengatakan bahwa hal itu setelah melalui perantara seorang bernama Josua Hutagalung, warga Desa Setahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Pembelian itu menurut Edi sudah sekitar dua mingguan lalu.
Diketahui Josua juga ternyata orang yang rumahnya pernah kejatuhan batu meteorit pada 1 Agustus 2020 lalu. Batu milik Josua kemudian dijualnya seharga Rp200 juta kepada seorang warga Amerika yang tinggal di Bali bernama Jared Collins, pada 17 Agustus 2020.
Jika benar demikian, kemungkinan yang membeli batu milik Muhtajab dan Munjilah adalah orang yang sama, yaitu Jared Collins.
“Orang bule yang beli itu dari cerita warga sempat datang ke desa dan melihat langsung batu itu,” terang Edi lagi.
Setelah menerima uang penjualan batu meteorit seberat sekitar 2,2 kilogram itu, pemiliknya langsung membagi uang itu untuk masyarakat.
“Uangnya untuk membangun masjid Rp200 juta, untuk menambal jalan desa yang rusak Rp20 juta, dan pemilik rumah yang tertimpa batu meteorit itu Rp80 juta,” tambah Edi lagi.
Menurut Edi pula, batu-batu untuk memperbaiki jalan sudah dibeli tinggal di eksekusi. Sementara pembangunan masjid rencananya akan dilakukan usai lebaran.
Edi menambahkan, sebelumnya sudah ada beberapa orang yang ingin membeli batu itu, namun selalu tidak jadi, karena tidak ada kejelasan.
“Ada satu yang mau beli, tapi ingin ketemuan di luar (desa). Saya tidak mau, kalau mau silahkan datang dan melihat langsung. Ada juga yang menghubungi saya bilangnya tertarik mau membeli, tapi tidak pernah datang ke desa. Beberapa yang lain bilang mau nyariin pembeli, tapi tak ada kabar juga,” papar Edi.
Sebelumnya, diberitakan pula bahwa selain di rumah Muhtajab dan Munjilah di Dusun V, ada dua batu meteorit lan yang jatuh di Kampung Astomulyo, yakni di Dusun 8 dan 9, dan yang paling besar ukurannya yang ada di Dusun 9. Ada juga satu di Desa Mojopahet, desa tetangga Astomulyo. Namun, sepengetahuan Edi kedua batu itu juga sudah terjual semuanya meski ia tidak mengetahui berapa harganya.
Ketika ditanya kalau kemungkinan batu meteorit itu bisa diharga hingga milyaran rupiah, Edi mengatakan jika itu ya harapan seluruh warga, khususnya pemilik. Apalagi pemili batu dan warga lebih yakin setelah ada penelitian dan sertifikat dari pihak Institut Teknologi Sumatera, yang menyatakan bahwa batu tersebut adalah meteorit.
“Saya malah pernah ikut diskusi sama pihak Itera, dan mengatakan kalau batu itu tidak ada nilai rupiah tapi memiliki nilai rupiah. Jadi kalau bisa dihibahkan untuk penelitian. Tapi itu semua keputusan pemilik rumah sekaligus pemilik batu meteorit itu,” pungkas Edi. (*) Sumber : rilis.id