Lampung24jam.com, Pesawaran – Sempat viral video anak sd yang mengungkapkan kekesalan lantaran tak naik kelas di kabupaten pesawaran kini menemukan titik terang, kelima anak SD tersebut bisa naik kelas.
Baca Juga : Tak Naik Kelas, 5 Bocah SD di Pesawarab Pecah Kaca Sekolah
Adanya siswa SD Negeri 3 Padang Cermin yang tidak naik kelas pada tahun ajaran 2020-2021 hingga pecahkan kaca sekolah, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pesawaran memberikan penyelesaian terkait hal ini.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pesawaran Fauzan Suaidi mengatakan bahwa persoalan tersebut telah diselesaikan. Berbagai macam tindakan dilakukan sebagai upaya dalam hal mendidik dan sesuai dengan kaidah pendidikan.
Dikatakannya siswa yang tidak naik kelas itu tidak mengerjakan soal ujian daring tersebut. “Siswa tersebut tidak mengerjakan soal saat ulangan atau ujian kenaikan kelas yang dilangsungkan dengan daring, ” tambahnya.
Terkait kaca yang pecah, dimana akibat lemparan amunisi ketapel oleh siswa yang tidak naik kelas itu tidak ada tuntutan dari pihak sekolah.
Informasi yang beredar, siswa SD N 3 Padang Cermin tidak naik kelas hingga melampiaskan amarahnya dengan memecahkan kaca sekolah menggunakan ketapel. Dimana kejadian itu melibatkan siswa yang berjumlah 5 anak.
Berdasarkan info yang dihimpun, Darman, salah satu wali murid yang tidak naik kelas mengatakan, sebelumnya mereka datang ke sekolah karena dipanggil untuk remedial.
“Mereka kan dikasih surat panggilan ke sekolah buat remedial, tapi malah dengar kabar kalau anak-anak ini mecahin kaca sekolah,” kata Darman.
Menurutnya, perbuatan yang dilakukan anak murid tersebut merupakan bentuk kekesalan dan rasa malu karena tidak naik sekolah.
“Iya pikir mereka kan sudah besar karena mau naik ke kelas 6, malu sampe gak naik kelas, mereka sempat bilang tidak mau sekolah lagi kalau gak naik kelas,” ujar dia.
Ia menambahkan, anak murid yang dinyatakan tidak naik kelas sebenarnya selalu ada dari tahun ke tahun.
“Ya ini kan situasi pandemi covid-19, mereka harus belajar dirumah sistem juga daring kan, sedangkan disini susah sinyal, rata-rata wali murid disini buruh tani, yang tidak semuanya paham teknologi,” pungkasnya. (*)